BAB
I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Pengertian
Ketuban pecah dini :
Adalah pecahnya selaput ketuban secara sepontan pada
saat belum inpartu atau selaput ketuban pecah satu jam kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan (tanpa melihat umur persalinan ), (standart pe;ayanan
medik MSF obstetri dan genekologi ).
Adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pembukaan primi kurang dari 3 Cm dan multipara kurang dari 5 Cm, (Muchtar rustam, 1998 hal 255)
1.2
Etiologi
Penyabab dari ketuban pecah dini masih belum jelas maka
usaha prefentif tidak bisa dilakukan kecuali dalam usaha menekan adanya nifas.
Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang
menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, kadang-kadang juga
akibat induksi persalinan yang kurang tepat. (Incompetensi cervix , (Mary
Hemilton).
1.3
Patofisiologi
Tailor dan kawan-kawan menyelidiki hal ini ternyata ada
hubunganya dengan hal-hal sebagai berikut :
a.
Adanya hipermotilitas rahim
yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, penyakit seperti pielonefritis,
sarilisis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilisat rahim ini.
b.
Selaput ketuban terlalu tipis (
kelainan ketuban ).
c.
faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi
yaitu multipara, malporasi, disproporsi,
cervix incompeten dan lain-lain.
d.
Infeksi (amnionitis atau
karioamnionitis )
e.
Ketuban pecah dini antifisial
(amniotomi) dimana ketuban pecahnya terlalu dini.
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban
terlalu dini :
a.
Karioamnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh
b.
Incompetensi servix : kanalis
servikalis yang selalu terbuka karena kelainan servix uteri ( faktor kogenital,
faktor aknisita, faktor pesikologik).
c.
Kelaianan letak : tidak ada
bagiaan terendah janain yang menutupi PAP, yang dapat mengurangi tekanan
selaput bagian bawah .
d.
Trauma: menyebabkan tekanan
intraliterine mendadak meningkat.
1.4
Diagnosis
Daiagnisis arus didasarkana pada :
a.
Anamnesa
-
Kapan keluarnya cairan
-
Warna dan bau
-
Adakah partikel-partikel
didalam cairan
b.
Inspeksi
- Keluar cairan pervaginan
c.
Inspekulo
Bila fundus atau bagian terendam digoyahkan keluar dari
OUE terkumpul di forniks posterior
d.
Periksa dalam
-
Adanya cairan dalam vaginan
-
Selaput ketuban tidak ada
e.
Pemeriksaan laboratorium
-
Dengan kertas lakmus
menunjukkan reaksi basa lakmus berubah jadi biru yang berarti air ketuban
-
Dengan kertas lakmus
menunjukkan reaksi asam kertas lakmus berubah jadi merah bararti air krncing
-
Sebagai dasar interpretasi :
-
Selaput ketuban mungkin utuh :
Kuning : PH 5,0
Kuning pudar : PH 5,5
Hijau pudar : PH 6,0
-
Selaput ketuban pecah ;
Hijau – buru : PH 6,5
Biru kelabu : PH 7,0
Biru pekat : PH 7,5
1.5
Prognosis
Ditentukan oleh penatalaksanaan dan komplikasi
–komlikasi yang mungkin timbul serta umur dariu kehamilan KPD ( Ketuban pecah Dini ) itu senduri
mempunyai pengaruh terhadap janin dan ibu baik pada masa kehamilan maupun masa
persalinan.
a.
Pengaruh terhadap janian
Walaopun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi
kejanin mungkin sudah terkenan intra uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu
dirasakan jadi akan memungkinkan mortalitas dan morbiditas prenatal, tali
pusdat mencembung, Amniotil Syndrome yaitu kelainan bawaan akiabat ketuban
pecah sejak hamil mudah.
b.
Pengaruh terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan
dijumpai
-
infeksi introportal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam
-
peritonitis dan septinemia
-
Dry labor
-
Infeksi picerperium atau nifas
-
Ibu akan lebih capek karena
akan tidur terus maka kemungkinan akan terjadi partus lama, suhu badan naik,
nadi cepat danb nampaklan tanda-tanda infeksi
1.6
Penatalaksanaan persalinan
a.
Bila anak belum viable ( <
dari 36 minggu ).
Penderita dianjurkan untuk istirahat ditempat tidur dan
berikan obat-obatan antibiotik, profilaksis , sposmolitika, dan rabaransia denghan
tujuan untuk mengundur waktu anak SP valuable
1.
Perkiraan BB janin > 1500 gr
-
Berikan antibiotik 1 gr / 6
jam IV, dan diter terlebih dahulu,
setelah dua hari dilanjutkan amoksilin
3x500 mmg/br peros setelah 3 hari
-
Berikan kortikosteroid untuk
merangsang maturasi yaitu injeksi deksametason 10 mg IV, 2x selam 24 jam atau
injeksi betametason 12 mg IV 2x selam 24 jam bila belum inpartu segera
terminasi
2.
Perkiraan BB janin < 1500 gr
-
berikan injeksi antibiotik
ampisilin 1 gr/6 jam IV dites dahulu selama 2 hari dilanjutkan amoxcicilin
3x500 mg/hr per OS selam 3 hari
-
Observasi suhu rektal tiap 3
jam bila suhu rektal 37,6 C , segera terminasi
-
Bila 2x24 jam, air ketuban
tidak keluar , lakukanj USG,
-
Bila jumlah air ketuban cukup,
kehamilan dilanjutkan ( konservatif)
-
Bila jumlah aior ketuban
sedikit, segera terminasi
-
Bila 2x24 jam, air ketuban
masih tetap keluar segera terminasi
-
Bila konservatif, sebelum
penderita pulang diberi nasehat:
-
Seger akembali kerumah sakit
bila ada tanda-tanda demam atau keluar air ketuban lagi
-
Tidak boleh koitus
-
Tidaik boleh mempalasi vaginal
b.
Bila anak sudah valiable ( . 36
minggu )
Lakukan induksi persalianan / partus 6-12 jam setelah
logphose dan berikan antibiotik
profilaksis pada kasusu-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE
2 dengan atau drip sintosinon bila gagal lakukan tindakan operatif.
Bila kasus KPD menyelesaikan persalianan bisa dengan :
1.
Partus sepontan
2.
Ekstraksi vakum
3.
Ekstraksi forsep
4.
Embriotomi bila anak sudah
meninggal
5.
Operasi bila ada indikasi
obstetrik
1.7
Komplikasi
a.
pada anak
I UFD, asfiksia prematuritas
b.
pada Ibu
partus lama, infeksi, atonia uteri , HPP atau infeksi
nifas
1.8
KPD yang dilakukan induksi
-
bila 12 jam belum ada tanda
–tanda awal persalinan atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan
gagal dan persalinan diselesaikan dengan SC
-
bila dengan 2 botol ( @ 5
U/500 cc D5
), dengan tetesan maksimum, belum inpartu atau keluar dari fase laten induksi persalianan dinyatakan gagal persalinan diselesaikan dengan SC.
), dengan tetesan maksimum, belum inpartu atau keluar dari fase laten induksi persalianan dinyatakan gagal persalinan diselesaikan dengan SC.
1.9
KPD yang sudah inpartu
-
Evaluasi setelah 12 jam his
keluar dari fase laten, bila belum keluar dari fase laten dilakukan akselerasi
persalinan dengan drip oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada indikasi
untuk drip oksitisin
-
Bila fase laten di dapat
tanda-tanda suhu rektal . 37,6 maka dilakukan akselerasi persalinan dengan drip
oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada tanda kontra indikasi drip
oksitosin
1.10
Induksi persalianan
-
penilain servix
1.
jika skor > 6, biasanya
induksi cukup dilakuakan dengan oksitosin
2.
jika skor < 5, matangkan
servix lebih dulu dengan prostagladin
Penilain servix untuk induksi persalinan
( skor Bishop ) :
Faktor
|
Skor
|
|||
0
|
1
|
2
|
3
|
|
-
Bukan
-
Panjang seservix
-
Konsistensi
-
Posisi
-
Turunya kepala (dari spina
isiadik )
-
Turunya kepala (denag pulsasi
abnormal menurut sistem perlimaan)
|
Tertutup
> 4
kenyal
posterior
-3
4/5
|
1-2
3-4
rata-rata
tengah
-2
3/5
|
3-4
1-2
lunak
anterior
-1
2/5
|
>5
< 1
-
-
+1+2
1/5
|
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat
data dasar tentang klien dan membuat
catatan tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )
a.
Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
b.
Keluhan utam
c.
Riwayat kesehatan
-
riwayat kesehatan dahulu
penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
-
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan
ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
-
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)
-
Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas
biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga diri rendah.
d.
Pola-pola fungsi kesehatan
-
pola persepsi dan tata leksana
hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
-
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu
makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
-
Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
-
Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
-
Pla istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
-
Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
-
Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
-
Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat
luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien
nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
-
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body
image dan ideal diri
-
Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
-
Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.
e.
Pemeriksaan fisik
-
kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala,
kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
-
Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
-
Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
-
Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
-
Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
-
Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
-
Pada klien nifas abdomen kendor
kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
-
Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993:
50)
-
Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur
-
Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau
ginjal.
-
Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan
gerak karena adanya luka episiotomi
-
Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas
tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan
yang ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi
3.
RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam menyusun masalah
keperawatan yang dilaksanakan setelah pengumpulan data, menganalisa dan
menetapkan diagnosa keperawatan dan
menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah penderita
atau mengurangiu masalah
4.
PELAKSANAAN
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal.pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana
keperawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan
anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit.
5.
EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil. (A.Aziz alimul H, 2001)