Pengikut

Selasa, 16 Oktober 2012

asuhan keperawatan KPD


BAB I

TINJAUAN PUSTAKA


1.1              Pengertian
Ketuban pecah dini :
Adalah pecahnya selaput ketuban secara sepontan pada saat belum inpartu atau selaput ketuban pecah satu jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan (tanpa melihat umur persalinan ), (standart pe;ayanan medik MSF obstetri dan genekologi ).
Adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pembukaan primi kurang dari 3 Cm dan multipara kurang dari  5 Cm, (Muchtar rustam, 1998 hal 255)
1.2              Etiologi
Penyabab dari ketuban pecah dini masih belum jelas maka usaha prefentif tidak bisa dilakukan kecuali dalam usaha menekan adanya nifas. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, kadang-kadang juga akibat induksi persalinan yang kurang tepat. (Incompetensi cervix , (Mary Hemilton).
1.3              Patofisiologi
Tailor dan kawan-kawan menyelidiki hal ini ternyata ada hubunganya dengan hal-hal sebagai berikut :
a.       Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, penyakit seperti pielonefritis, sarilisis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilisat rahim ini.
b.      Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban ).
c.        faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi yaitu  multipara, malporasi, disproporsi, cervix incompeten dan lain-lain.
d.      Infeksi (amnionitis atau karioamnionitis )
e.       Ketuban pecah dini antifisial (amniotomi) dimana ketuban pecahnya terlalu dini.
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban terlalu dini :
a.       Karioamnionitis  menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh
b.      Incompetensi servix : kanalis servikalis yang selalu terbuka karena kelainan servix uteri ( faktor kogenital, faktor aknisita, faktor pesikologik).
c.       Kelaianan letak : tidak ada bagiaan terendah janain yang menutupi PAP, yang dapat mengurangi tekanan selaput bagian bawah .
d.      Trauma: menyebabkan tekanan intraliterine mendadak meningkat.
1.4              Diagnosis
Daiagnisis arus didasarkana pada :
a.       Anamnesa
-          Kapan keluarnya cairan
-          Warna dan bau
-          Adakah partikel-partikel didalam cairan
b.      Inspeksi
- Keluar cairan pervaginan
c.       Inspekulo
Bila fundus atau bagian terendam digoyahkan keluar dari OUE terkumpul di forniks posterior
d.      Periksa dalam
-          Adanya cairan dalam vaginan
-          Selaput ketuban tidak ada
e.       Pemeriksaan laboratorium
-          Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa lakmus berubah jadi biru  yang berarti air ketuban
-          Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi asam kertas lakmus berubah jadi merah bararti air krncing
-          Sebagai dasar interpretasi :
-     Selaput ketuban mungkin utuh :
  Kuning                      : PH 5,0
  Kuning pudar            : PH 5,5
  Hijau pudar               : PH 6,0
-    Selaput ketuban pecah ;
    Hijau – buru              : PH 6,5
 Biru kelabu                  : PH 7,0
 Biru pekat                    : PH 7,5

1.5              Prognosis
Ditentukan oleh penatalaksanaan dan komplikasi –komlikasi yang mungkin timbul serta umur dariu kehamilan  KPD ( Ketuban pecah Dini ) itu senduri mempunyai pengaruh terhadap janin dan ibu baik pada masa kehamilan maupun masa persalinan.
a.       Pengaruh terhadap janian
Walaopun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi kejanin mungkin sudah terkenan intra uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu dirasakan jadi akan memungkinkan mortalitas dan morbiditas prenatal, tali pusdat mencembung, Amniotil Syndrome yaitu kelainan bawaan akiabat ketuban pecah sejak hamil mudah.
b.      Pengaruh terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan dijumpai
-          infeksi introportal  apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam
-          peritonitis dan septinemia
-          Dry labor
-          Infeksi picerperium atau nifas
-          Ibu akan lebih capek karena akan tidur terus maka kemungkinan akan terjadi partus lama, suhu badan naik, nadi cepat danb nampaklan tanda-tanda infeksi

1.6              Penatalaksanaan persalinan
a.       Bila anak belum viable ( < dari 36 minggu ).
Penderita dianjurkan untuk istirahat ditempat tidur dan berikan obat-obatan antibiotik, profilaksis , sposmolitika, dan rabaransia denghan tujuan untuk mengundur waktu anak SP valuable
1.      Perkiraan BB janin > 1500 gr
-          Berikan antibiotik 1 gr / 6 jam  IV, dan diter terlebih dahulu, setelah dua hari dilanjutkan amoksilin  3x500 mmg/br peros setelah 3 hari
-          Berikan kortikosteroid untuk merangsang maturasi yaitu injeksi deksametason 10 mg IV, 2x selam 24 jam atau injeksi betametason 12 mg IV 2x selam 24 jam bila belum inpartu segera terminasi
2.      Perkiraan BB janin < 1500 gr
-          berikan injeksi antibiotik ampisilin 1 gr/6 jam IV dites dahulu selama 2 hari dilanjutkan amoxcicilin 3x500 mg/hr per OS selam 3 hari
-          Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila suhu rektal 37,6 C , segera terminasi
-          Bila 2x24 jam, air ketuban tidak keluar , lakukanj USG,
-          Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan ( konservatif)
-          Bila jumlah aior ketuban sedikit, segera terminasi
-          Bila 2x24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera terminasi
-          Bila konservatif, sebelum penderita pulang diberi nasehat:
-                Seger akembali kerumah sakit bila ada tanda-tanda demam atau keluar air ketuban lagi
-                Tidak boleh koitus
-                Tidaik boleh mempalasi vaginal

b.      Bila anak sudah valiable ( . 36 minggu )
Lakukan induksi persalianan / partus 6-12 jam setelah logphose dan berikan antibiotik  profilaksis pada kasusu-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE 2 dengan atau drip sintosinon bila gagal lakukan tindakan operatif.


Bila kasus KPD menyelesaikan persalianan bisa dengan :
1.      Partus sepontan
2.      Ekstraksi vakum
3.      Ekstraksi forsep
4.      Embriotomi bila anak sudah meninggal
5.      Operasi bila ada indikasi obstetrik
1.7              Komplikasi
a.       pada anak
I UFD, asfiksia prematuritas
b.      pada Ibu
partus lama, infeksi, atonia uteri , HPP atau infeksi nifas
1.8              KPD yang dilakukan induksi
-          bila 12 jam belum ada tanda –tanda awal persalinan atau belum keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan diselesaikan dengan SC
-          bila dengan 2 botol ( @ 5 U/500  cc D5
), dengan tetesan maksimum, belum inpartu atau keluar dari fase laten induksi persalianan dinyatakan gagal persalinan diselesaikan dengan SC.
1.9              KPD yang sudah inpartu
-          Evaluasi setelah 12 jam his keluar dari fase laten, bila belum keluar dari fase laten dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada indikasi untuk drip oksitisin
-          Bila fase laten di dapat tanda-tanda suhu rektal . 37,6 maka dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada tanda kontra indikasi drip oksitosin
1.10          Induksi persalianan
-          penilain servix
1.      jika skor > 6, biasanya induksi cukup dilakuakan dengan oksitosin
2.      jika skor < 5, matangkan servix lebih dulu dengan prostagladin
Penilain servix untuk induksi persalinan
( skor Bishop ) :
Faktor
Skor
0
1
2
3
-    Bukan
-    Panjang seservix
-    Konsistensi
-    Posisi
-    Turunya kepala (dari spina isiadik )
-    Turunya kepala (denag pulsasi abnormal menurut sistem perlimaan)

Tertutup
> 4
kenyal
posterior
-3
4/5
1-2
3-4
rata-rata
tengah
-2
3/5
3-4
1-2
lunak
anterior
-1
2/5
>5
< 1
-
-
+1+2
1/5














BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1.       PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )
a.       Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  , dan diagnosa keperawatan.
b.       Keluhan utam
c.       Riwayat kesehatan
-          riwayat kesehatan dahulu
penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
-          Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
-          Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)
-          Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
d.      Pola-pola fungsi kesehatan
-          pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
-          Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
-          Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
-          Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
-          Pla istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
-          Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
-          Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
-          Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
-          Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
-          Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
-          Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
e.       Pemeriksaan fisik
-          kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
-          Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
-          Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
-          Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
-          Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
-          Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae
-          Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
-          Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)
-          Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
-          Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
-          Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi
-          Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan yang ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi

3.       RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam menyusun masalah keperawatan yang dilaksanakan setelah pengumpulan data, menganalisa dan menetapkan diagnosa  keperawatan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah penderita atau mengurangiu masalah

4.       PELAKSANAAN
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana keperawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit.

5.       EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil. (A.Aziz alimul H, 2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar