BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal atau Acute renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai
penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini
biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN [Blood Urea Nitrogen] ). Akan tetapi biasanya
segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal,
sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi
urin.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-90%.
Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL
kreatinin serum merupakan prognostik penting yang signifikan.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya
cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan
tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada
perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan
protein. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan
apakah seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian GGA dan GGK ?
2.
Apa etiologi GGA dan GGK ?
3.
Apa manifestasi GGA dan GGK ?
4.
Apa penatalaksanaan GGA dan GGK ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian GGA dan GGK.
2.
Mengetahui etiologi GGA dan GGK.
3.
Mengetahui manifestasi GGA dan GGK.
4.
Mengetahui penatalaksanaan GGA dan GGK.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GGA
A. PENGERTIAN
Adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat
azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam Parsoedi A
dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
B. KLASIFIKASI
1.
Gagal Ginjal Akut Prerenal
2. Gagal Ginjal Akut Post Renal
3.
Gagal Ginjal Akut Renal
Gagal Ginjal Akut
Prerenal
Gagal ginjal akut
Prerenal adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversibel,
bila ferfusi ginjal segera diperbaiki. Gagal ginjal
akut Prerenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan
histologik/morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan
menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Gagal Ginjal Akut Posrenal
GGA posrenal adalah suatu
keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun alirannya dalam saluran kemih
terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi, meskipun dapat juga karena
ekstravasasi
C. ETIOLOGI
1.
Penurunan Volume vaskular ;
a. Kehilangan darah/plasma karena
perdarahan,luka bakar.
b. Kehilangan cairan ekstraselular karena
muntah, diare.
2.
Kenaikan kapasitas vaskular
a. sepsis
b. Blokade ganglion
c. Reaksi anafilaksis.
3. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa
jantung
a. renjatan kardiogenik
b. Payah jantung kongesti
c. Tamponade jantung
d. Distritmia
e. Emboli paru
f. Infark jantung.
Gagal Ginjal Akut Renal
a. Glomerulonefritis
b. Nefrosklerosis
c. Penyakit kolagen
d. Angitis hipersensitif
e. Nefritis interstitialis akut karena obat,
kimia, atau kuman.
2. Nefrosis Tubuler Akut ( NTA )
Nefropati vasomotorik akut
terjadi karena iskemia ginjal sebagai kelanjutan GGA. Prerenal atau pengaruh
bahan nefrotoksik.Bila iskemia ginjal sangat berat dan berlangsung lama dapat
mengakibatkan terjadinya nekrosis kortikol akut( NKA) dimana lesi pada umumnya
difus pada seluruh korteks yang besifat reversibel.Bila lesinya tidak difus
(patchy) ada kemungkinan reversibel.
D. PATHOFISIOLOGI
Acut Renal Failure (ARF)
Beberapa kondisi
berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi
ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi
itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan
BUM, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut
dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari
gagal ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan
awal danm diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2.Stadium Oliguria.
Volume urine 75 %
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada
stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya
ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung
atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan
oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon
terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya
tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran
kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita
terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan
normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4
: 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap
kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat
gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang
tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan
anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas
sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan
naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas
sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah,
nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium
akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula
menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip
sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau
dialisis.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Haluaran urine sedikit
Mengandung darah,
2. Peningkatan BUN dan kreatinin,
3.
Anemia,
4.
Hiperkalemia,
5.
Asidosis metabolic,
6.
Anemia,
7. Udema,
8. Anoreksia,
9. nause,
10. vomitus,
11. Turgor kulit jelek,
12. gatal-gatal pada kulit.
G. Pemeriksaan Laboratorium :
1. Darah : ureum, kreatinin, elektrolit,
serta osmolaritas.
2. Urin : ureum, kreatinin, elektrolit,
osmolaritas, dan berat jenis.
3. Kenaikan sisa metabolisme proteinureum
kreatinin dan asam urat.
4.
Gangguan keseimbangan asam basa
: asidosis metabolik.
5.
Gangguan keseimbangan elektrolit
: hiperkalemia, hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
7.
Warna urine : kotor, sedimen
kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
8.
Berat jenis urine : kurang dari
1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis
dengan kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan
kerusakan ginjal berat.
9.
PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan
pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
10.
Osmolaritas urine : kurang dari
350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
11.
Klierens kreatinin urine :
mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan
peningkatan bermakna.
12.
Natrium Urine : Biasanya
menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi
natrium.
13. Bikarbonat urine : Meningkat bila ada
asidosis metabolik.
14.
SDM urine : mungkin ada karena
infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15.
Protein : protenuria derajat
tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna
tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi
atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
16.
Warna tambahan : Biasanya tanpa
penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan
dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna
merah diduga nefritis glomular.
Darah :
1.
Hb. : menurun pada adanya
anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti
peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
dapat terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen
dan hasil akhir metabolisme.
4.
BUN/Kreatinin : biasanya
meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285
mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan
retensi seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan
bervariasi
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9.
Klorida, fosfat dan magnesium
meningkat.
10.
Protein : penurunan pada kadar
serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino
esensial
11.
CT.Scan
12.
MRI
13.
EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a.Aktivitas
/Istirahat
Apakah ada gejala keletihan,kelemahan
b.Sirkulasi
Apakah ada hipotensi edema jaringan umum, pucat
c.Eliminasi
Perubahan pola berkemih, disuria , retensi abdomen
kembung
d.Makanan/cairan
Peningkatan
berat badan (edem), penurunan bereat badan, mual ,muntah, anoreksia. Nyeri ulu
hati
e.Neurosensori
Sakit kepala, kram otot/kejang
f.Pernapasan
Dispnea,
takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau ammonia, batuk
produktif.
g.Keamanan
demam, petekie,pruritus, kulit kering
Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pasien dengan gagal ginjal
akut (ARF)
1.
Peningkatan
volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal
2.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.
3.
Aktiviti intoleransi b/d kelemahan.
- Kecemasan B/D ketidak tahuan proses penyakit.
Intervensi
Keperawatan
l. Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan
fungsi ginjal
Intervensi :
a.Kaji keadaan udema
Rasional : edema menunjukan perpindahan
cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi
cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
b.Kontrol intake danout put per 24 jam.
Rasional : untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.
c.Timbang berat badan tiap hari
Rasional penimbangan berat badan setiap hari
membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat. Apenimbangan
BBlebih dari 0.5 kg/hari dapat menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d. Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum
Rasional : manajemen cairan diukur untuk
menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak
nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan
caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis.
e. Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.
Rasional : Obatanti diuretic dat
melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan
volume urine adekuat. Misalnya : Furosemide.
f.kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.
Rasional : Hasil dari pemeriksaan fungsi
ginjal dapat memberikan gambaran sejauh mana terjadi kegagalan ginjal.
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia, vomitus, nausea.
a.Observasi status klien dan keefektifan diet.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi dan
kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik dan pembatasan diet
mempengaruhi asupan makanan.
b.Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum
dan setelah makan.
Rasional : Higiene oral yang tepat mencegah bau
mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.
c.Berikan makanan yang sesuai
Rasional : Lemak dan protein tidak digunakan
sebagai sumber protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat
asam, serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d.Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
Rasional : Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan
dengan status uremik.
e.Kolaborasi pemberian obat anti emetic.
Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
3.Aktivity intolerans b/d kelemahan.
Intervensi:
a.Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
a.Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
Rasional : Memberi panduan dalam penentuan
pemberian bantuan dalam pemenuhan ADL.
b.Kaji tingkat kelelahan.
Rasional : Menentukan derajat dan efek
ketidakmampun.
c.Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat
memperberat.
Rasional : Mempunyai efek akumulasi (sepanjang
factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui.
d.Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional : Menghemat energi untuk
aktifitas perawatan diri yang diperlukan .
e.Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional : memungkinkan berlanjutnya
aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
f.Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
darah.
Rasional : Ketidak seimbangan Ca, Mg, K,
dan Na, dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan peningkatan
penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah satu indikasi
teerjadinya gangguan eritopoetin.
4.Kecemasan B/D ketidak tahuan proses penyakit.
Intervensi.
a.Kaji tingkat kecenmasan klien.
a.Kaji tingkat kecenmasan klien.
Rasional : Menentukan derajat efek dan
kecemasan.
b.Berikan penjelasan yang akurat tentang penyakit.
Rasional : Klien dapat belajar tentang
penyakitnya serta penanganannya, dalam rangka memahami dan menerima diagnosis
serta konsekuensi mediknya.
c.Bantu klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat penyakitnya.
Rasional : klien dapat memahami bahwa
kehidupannya tidak harus mengalami perubahan berarti akibat penyakit yang
diderita.
d.Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
perasaan mereka.
Rasional : Mengurangi beban pikiran
sehingga dapat menurunkan rasa cemas dan dapat membina kbersamaan sehingga
perawat lebih mudah untuk melaksanakan intervensi berikutnya.
e.Memanfaatkan waktu kunjangan yang fleksibel, yang memungkinkan kehadiran kelurga.
Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan dengan menghadirkan dukungan
keluarga.
GAGAL GINJAL
KRONIK
A. PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang
menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi
normal (Betz Sowden, 2002 )
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang
mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M.
Sacharin, 1996).
Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga
tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi
tubuh dalam keadaan nomal.
B. ETIOLOGI
1.
Glomerulonefritis
2.
Pielonefritis
3.
Nefrosklerosis
4.
Sindroma Nefrotik
5.
Tumor Ginjal
C. PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan
nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun
menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan
berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan
terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia
terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena
kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan
gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan
fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium
dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia
terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel
darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi
trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan
berbagai proses biokimia
PATHWAYS
D. MANIFESTASI KLINIK
Meskipun gejala yang dialami anak
bervariasi berdasarkan proses penyakit yang berbeda – beda, penyakit paling
umum yang berhubungan dengan GGK adalah sebagai berikut :
1.
Ketidakseimbangan cairan
a. Kelebihan cairan : edema, oliguri,
hipertensi, gagal jantung kongestif
b. Penipisan volume vaskuler : poliuria,
penurunan asupan cairan, dehidrasi
2.
Ketidakseimbangan elektrolit
a.
Hiperkalemia : gangguan irama
jantung, disfungsi miokardial
b. Hipernatremia : haus, stupor, takikardia,
membran kering, peningkatan refleks tendon profunda, penurunan tingkat
kesadaran
c.
Hipokalemia
dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis,
tetani
d. Hipokalemia : penurunan reflek
tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3.
Ensefalopati dan neuropati
uremik
a.
Gatal gatal
b.
Kram dan kelemahan otot
c.
Bicara tidak jelas
d.
Parastesia telapak tangan dan
telapak kaki
e.
Konsentrasi buruk
f.
Mengantuk
g.
Tanda tanda peningkatan tekanan
intrakranial
h.
Koma
i.
Kejang
4.
Asidosis : takipnea
5.
Anemia dan disfungsi sel darah
a.
Pucat
b.
Kelemahan
c.
Perdarahan ( stomatitis, feses
berdarah )
6.
Disfungsi pertumbuhan
a.
Pertumbuhan tulang yang
abnormal
b.
Perkembangan seksual yang
terhambat
c.
Malnutrisi dan pelisutan otot
d.
Selera makan buruk
e.
Nyeri tulang
f.
Ketidakteraturan menstruasi.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Tes darah
Ó BUN dan kreatinin serum meningkat
Ó Kalium serum meningkat
Ó Natrium serum meningkat
Ó Kalsium serum menurun, fosfor serum meningkat, PH serum dan HCO3
menurun
Ó Hb, Ht, trombosit menurun
Ó Asam urat meningkat, kultur darah positif
2.
Tes urin
Ó Urinalisis
Ó Elektrolit urin, osmolalitas dan berat jenis
Ó Urin 24 jam
3.
EKG
4.
Rontgen dada
5.
Biopsi Ginjal
F. PENATALAKSANAAN
1.
Stabilkan keseimbangan cairan
dan elektrolit
2.
Dukung fungsi kardiovaskuler
3.
Cegah infeksi
4.
Tingkatkan status nutrisi
5.
Kendalikan perdarahan dan anemia
6.
Lakukan dialisis
7.
Transplantasi ginjal
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GGK
Pengkajian
1. Aktifitas /istirahat
Gejala:
- kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
- Friction rub perikardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
Gejala:
- Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala:
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/kelembaban
- Edema (umum,tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
- Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda:
- Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala:
- Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda:
- Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. keamanan
Gejala:
- Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- Pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
10. Seksualitas
Gejala:
- Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12. Penyuluhan
- Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria
- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
- Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang (Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)
Diagnosa Keperawatan
- Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium
- Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
- Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat
- Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema
- Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia
- Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, gagal ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi
Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan air dan menahan natrium
Hasil yang diharapkan:
- Masukan dan haluaran seimbang
- Berat badan stabil
- Bunyi nafas dan jantung normal
- Elektrolit dalam batas normal
Intervensi:
- Pantau balance cairan/24 jam
- Timbang BB harian
- Pantau peningkatan tekanan darah
- Monitor elektrolit darah
- Kaji edema perifer dan distensi vena leher
- Batasi masukan cairan
2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
b.d anoreksia, mual dan muntah
Hasil yang diharapkan:
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan BB dalam batas normal, albumin, dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji status nutrisi
- Kaji pola diet nutrisi
- Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
- Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
- Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
- Timbang berat badan harian
- Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat
3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi
jaringan tidak adekuat
Hasil yang diharapkan;
- Pasien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakuakan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan
Intervensi:
- Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
- Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
- Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
- Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
- Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi
- Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas
4. Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema
Hasil yang diharapkan:
- Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik
- Pasien mengatakan tak ada pruritus
Intervensi:
- Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu
- Jaga kulit tetap kering dan bersih
- Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringanBantu pasien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika pasien tirah baring
- Beri pelindung pada tumit dan siku
- Tangani area edema dengan hati-hati
- Pertahankan linen bebas dari lipatan
5. Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia
Hasil yang diharapkan:
- Pasien tetap terbeba dari infeksi lokal maupun sitemik dibuktikan dengan tidak ada pana/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi
Intervensi:
- Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam,leukositosis, urin keruh, kemerahan, bengkak
- Pantau TTV
- Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkanpada pasien
- Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit yang baik dan hgiene oral
- Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi
- Pertahankan nutrisi yang adekuat
6. Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses
penyakit, gagal ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi
Hasil yang diharapkan:
- Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan, mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan rencana kontrol, mengukur pemasukan dan haluaran urin.
Intervensi:
- Instruksikan pasien untuk makan makanan tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium sesuai pesanan dan hindari makanan yang rendah garam
- Ajarkan jumah cairan yang harus diminum sepanjang hari
- Ajarkan pentingnya dan instrusikan pasien untuk mengukur dan mencatat karakter semua haluaran (urin, muntah)
- Ajarkan nama obat,dosis, jadwal,tujuan serta efek samping
- Ajarkan pentignya rawat jalan terus menerus
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
GGA ( ACUT RENAL FAILURE / ARF )
Acute Renal Failure (ARF) adalah suatu keadaan
fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular
filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk
mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau
sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dancepat serta terjadinya azotemia.
(Davidson 1984).
GGK ( CRONIC RENAL FAILURE
/ CRF )
Cronic Renal Failure (CRF) adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan caian dan elektrolit,
menyebabkan uremia.
B.
SARAN
Penulis menyadari
bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
masukan serta kritikan sangat kami harapkan guna perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan
tambahan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Agha,
I.A,(2003). Medical Encyclopedia. Chronic Renal Failure.Departement of medicine, renal division, St. Louis University
Betz
Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Horne M.M, Swearingen P L,(2000).Keseimbangan Cairan,Elektrolit Dan Asam
Basa. Jakarta : EGC
Nanny.S,(2001).Intisari
online.Disiplin Ketat Penderita Gagal
Ginjal. www. Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine
McCarty. (1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Sacharin
Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan
Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta
: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI
Wong and whaley.
(1996). Clinical Manual of Pediatric Nursing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar